Traveling Bersama Tuhan.

Ketika saya memutuskan untuk lebih banyak lagi menjelajahi bumi ini, itu bukan semata-mata saya merasa harus memenuhi rasa haus saya akan berjelajah. Di masa sekarang ini, banyak yang memandang traveling adalah salah satu bentuk kegiatan untuk memuaskan dahaga akan banyaknya tempat-tempat indah di bumi ini. Terutama dengan menjamurnya akses ke dunia media sosial dan internet, orang-orang dapat dengan mudahnya mengakses informasi mengenai tempat-tempat berlibur. Didukung pula dengan adanya komunitas para traveler, harga tiket yang sering promo, pihak penyelenggara tour ataupun open trip yang semakin kreatif dalam memasarkan produk dan jasa mereka, maka semakin lengkaplah mimpi para traveler di Indonesia.

Namun bagi saya, traveling itu memiliki esensial tersendiri.
Traveling bukan sekedar mengunjungi tempat-tempat eksotis dan "pengasingan" bagi jiwa yang membutuhkannya.
Traveling bukan sekedar "mengoleksi" check point sebanyak-banyaknya dan siapa-yang-telah-mengunjungi-berapa-kota-negara-pulau-dialah-pemenangnya.
Traveling bukan sekedar bertemu teman-teman baru di perjalanan.
Traveling bukan sekedar ajang menghitamkan kulit dan bersenang-senang di dalam magisnya keindahan laut.
Traveling bukan sekedar mengejar titik gunung tertinggi dan berdiri di puncaknya.
Dan traveling juga bukan sekedar mengagumi keindahan dan kemegahan ciptaan-Nya yang tidak ada tandingannya.

Sungguh, traveling bukan sekedar memori dan pengalaman di atas. 

Bagi saya, traveling adalah menemukan kepingan diri dan Tuhan di setiap lekuk tempat asing yang saya kunjungi.
Traveling adalah bagaimana diri ini mampu memeluk alam dan alam kembali memelukmu atas kuasa-Nya.
Traveling adalah tentang bagaimana diri ini belajar bahwa manusia adalah makhluk hidup paling hebat sekaligus menyeramkan yang pernah diciptakan oleh Tuhan.
Traveling adalah tentang bagaimana diri ini mampu menemukan saudara-saudara di setiap manusia baru yang saya temui.
Traveling adalah tentang seberapa jauh diri ini bisa keluar dari zona nyaman yang mengkungkung dan membosankan. Betapa hebatnya diri ini mampu bertahan di tempat dingin yang kau pikir kau tidak akan mampu, betapa hebatnya paru-paru ini mampu menyelam ke dalam laut, betapa hebatnya tubuhmu jika kau mampu mengendalikan otakmu. 
Traveling adalah proses belajar. Belajar tentang betapa kecilnya kita di dunia ini. Belajar mengenali diri sendiri. Belajar sejauh apa kau mengenal dirimu.
Traveling adalah proses menemukan dan mengenal Tuhan. Dan ketika Tuhan memelukmu kembali, rasanya tidak ada tandingannya.

Karena itu semua, saya sangat menyukai kegiatan duduk-duduk "bengong" dan "leyeh-leyeh" sendirian di tempat-tempat baru. Entah itu di pinggir pantai, di atas gunung, di dermaga, di taman, atau di mana pun. 
Saya senang dengan "me time" saya tersebut. Mungkin jika orang lain melihat, diri saya terlihat depresi dengan duduk di ujung puncak gunung atau pun dermaga pantai sendirian dan memandang nanar kejauhan.

Tapi otak saya tidak pernah kosong. Saya sedang berusaha "berbicara" dengan Tuhan saat itu.

Pada akhirnya, kita semua memiliki cara tersendiri untuk menemukan Tuhan.
Terimakasih, Tuhan... Atas kaki, paru-paru, mata, dan semua kondisi fisik di tubuh ini yang masih prima untuk menikmati keindahan diri-Mu. :)


-Ebby, the wanderer

0 comments: